Thanks Urfa

Rr. Urfa Syahidah Ayaturahman dan si kecil, Rr. Clara Shila. Dua Keponakan tersayang yang manis dan paling kritis :#.

Urfa salah satu keponakan tercintaku. Siswi kelas V SD ini manis tapi teramat kritis. Tak hanya di rumah. Di sekolah pun, guru-gurunya menganggap pintar dan kritis .

"Omdi, jangan ngerokok terus. Berhenti dong. Tau gak sih ngerokok itu bla..bla..bla," katanya sambil menjelaskan detil pengaruh negatif rokok. Ehm, aku hanya manggut-manggut mendengar 'ceramahnya' :o.

Ia benci sekali melihatku merokok hahaha. Sorry Fa, pada waktunya nanti, berhenti kok. Not now, not today. Eniwei, ia juga sangat hobi membaca dan menulis.

"Mau jadi presiden, dokter, atau penulis," katanya penuh keyakinan. Alasannya jadi presiden karena tak tega melihat anak jalanan yang tak bersekolah. Ia ingin semua anak seusianya mengenyam pendidikan. Tanpa terkecuali. Duhai, sungguh niatan yang mulia.

Alasan jadi dokter, katanya, ingin seperti tantenya. Dan kesemsem ingin jadi penulis, terinspirasi aku yang suka corat-coret di tembok hahaha. Padahal aku sendiri hanya penggali kubur kucing hehe. Penggali kubur yang gemar belajar menulis :r.

Urfa kerap membuat cerpen atau puisi. Beberapa karyanya sempat dimuat di Kompas, majalah Bobo, etc. Ku selalu berdoa smoga cita-cita mulianya dapat ia rengkuh dan nikmati, amin amin amin.

Setiap pekan kami sering diskusi bersama. Entah diskusi tentang pelajaran di sekolahnya atau cerita-cerita ringan lain. Kadang tentang perpolitikan di tanah air, apapun tema yang menarik biasa kita perbincangkan.


Suatu ketika, ia mengajakku untuk mengikuti lomba menulis cerpen detektif di Bobo. Karena konsumsinya untuk anak-anak, tulisan pun harus disesuaikan. "Apa? Lomba cerpen detektif?" tanyaku.

Aku enggan :d. Bukan karena malas mencoba, tapi ketakutan menghalangiku. Boro-boro ngirim tulisan cerpen detektif, karya cerpen anak hanya tuk konsumsi sendiri dan meluangkan hobi menulis. Tapi, sekali pun belum pernah membuat cerpen detektif. "Kamu aja Fa yang ikut," elakku.

Tapi, ia memaksaku ikut lomba tersebut. Hadiahnya lumayan, pemenangnya mendapat sertifikasi dan karyanya akan dimuat di Bobo atau diterbitkan dalam bentuk buku, katanya. Akhirnya, demi menyenangi dirinya, terpaksa aku mengikuti lomba itu. Tak ada orientasi apapun kecuali untuk membuatnya senang. Pengen menang? hahaha, pesimis banget.

Aku sempat bingung. Apa yang mau ditulis hahahaha. Konsep, outline, atau bahkan inspirasi saja tak ada. Ia meminjamkanku cerpen detektif agar aku bisa mempelajari majas dan karya detektif untuk konsumsi anak-anak.

Dalam perjalanan waktu, aku lupa akan lomba itu. Urfa selalu menanyakanku. "Om, udah dikirim belum tulisannya?" Gubrak. Jangankan mengirim, membuatnya saja belum. Aku pun menjanjikannya akan mengirim sebelum batas terakhir ditutup. Entah alasan apa ia ingin sekali aku mengikuti lomba itu.

Sumpah. Aku benar-benar bingung apa yang mau ditulis untuk lomba nanti. Alhamdulillah, saat berkumpul bersama kawan, sempat diskusi tentang sebuah harga handphone yang melonjak. Dari situ, aku terbesit ide tuk membuat kisah tentang hp. "Apa ya, yang menarik dari hp?" tanyaku dalam hati.

Dan, kubuatlah tulisan tentang hp. Sulit sekali. Tapi ku coba terus. Biasa membuat tulisan berita dan tulisan serius lain, agak bingung beradaptasi membuat bahan tulisan untuk anak. Eniwei, aku berhasil membuat satu tulisan.

Aku diskusikan tulisan itu ke Urfa. Apa jawabannya? Kata dia, "Yah, not bad-lah, Om. Lumayan. Ya udah coba kirimin aja." Addddduuuhhh... Dengan jawaban itu, terus terang tambah minder. Dalam penilaian keponakanku saja, nilainya cuma lumayan. Gimana penilaian juri? Tapi, ku kembalikan seperti niatan awal. Ikut lomba ini hanya tuk membuatnya senang.

Ku buat beberapa tulisan anak lainnya. Tak dinyana, ku menyelesaikan 25 cerpen detektif. Karena minder, ku hanya mengirimkan tiga cerpen. Itu pun, menjelang batas akhir penutupan.

Namun, alhamdulillah. Berkat motovasinya, ku lebih sering membuat cerpen anak. Entah cepen detektif, kisah fabel, atau cerpen anak lainnya. Dan, malam tadi, aku ditelpon Urfa. "Om, bisa ke rumah gak?" katanya.

Malas sekali. Apalagi ku baru saja mandi malam hehehe [suka kebiasaan mandi jam 21.00]. Ku pikir, ia ingin diskusi tentang PR di sekolah atau hal lain. Akhirnya, aku ke rumahnya. Setibanya di sana, aku disuguhkan majalah Bobo yang sudah terbuka.

"Apa ini?" kataku. "Baca aja dulu," jawabnya. Surprise... karyaku terpilih menjadi salah satu dari 10 cerita pilihan. Hehehehe, alhamdulillah. Semua karena nikmat Allah dan motivasi Urfa. Belum pernah membuat tulisan cerpen detektif, tapi bisa membuatnya senang.

"Ayo makan-makan ya, Om," teriak Faqih, kakaknya Urfa. Waduh, hadiahnya saja belum dikirim. hehehe. Tapi aku janji akan memberi sesuatu kepada Urfa dan keponakanku yang lain. Aku pun menanyakan Urfa tentang apa yang diinginkan jika hadiah tersebut sudah ku terima.

"Mmm, beliiin buku aja ya Om. Kita ke Gramedia lagi." Ho hohoho. Ia tak pernah berubah. Setiap ultah atau ketika ku ajak jalan-jalan, ia selalu memilih untuk dibelikan buku ketimbang diberi uang, jajanan, apalagi permen.

Memang, dengan membaca kita bisa melihat dunia. Bacalah, dan dunia milik kita. Membaca, memang hal pertama dan utama yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad. "Iqra." Ayat pertama dalam Al Alaq ini, menjadi wahyu pertama yang diterima Rasul. Begitu penting dan dahsyatnya keutamaan membaca.

Thanks Urfa. Engkau mengajarkanku banyak hal. Thanks juga buat Bobo, yang telah membuatku dan Urfa bahagia :L.

Template others blog by : kendhin x-template.blogspot.com